Hadis Tentang Etos Kerja Dan Kewirausahaan
A.
Etos Kerja
1.
Etos
Etos berasal dari Bahasa
Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter,
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan juga masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai
kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dan dari kata
etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada
pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk (moral),
sehingga dalam etos tersebut mengandung gairah atau semangat yang amat kuat
untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk
mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
Karena etos berkaitan
dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap pribadi muslim harus
mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan ada semacam kerinduan
untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil
kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang
lebih sempurna. Akibatnya, cara dirinya mengekspresikan sesuatu selalu
berdasarkan semangat menuju kepada perbaikan (improvement) dan terus
berupaya dengan amat bersungguh-sungguh menghindari yang negatif (fasad).
Etos yang juga mempunyai
makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang mendarah daging. Dia
merasakan bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik, bahkan
sempurna, nilai-nilai Islam yang diyakininya dapat diwujudkan. Karenanya, etos
bukan sekedar kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah
martabat, harga diri dan jati diri seseorang. Dengan demikian, yang dimaksud
etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini, dan memberikan makna pada sesuatu, yang mendorong dirinya
untuk bertindak dan meraih amal yang optimal.
2.
Kerja
Makna pekerjaan
terkandung dua aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai
berikut:
- Aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, bekerja itu adalah ibadah sebuah upaya untuk menunjukkan performance hidupnya di hadapan Illahi.
- Apa yang dia lakukan tersebut karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan. Karenanya, didalamnya terkandung suatu gairah semangat untuk mengarahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberi kepuasan dan manfaat.
Di sisi lain makna bekerja bagi seorang muslim
adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir
dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa
hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Secara lebih hakiki, bekerja bagi seorang muslim
merupakan ibadah, bukti pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan
memenuhi panggilan Illahi agar mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar
bahwa bumi diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos yang
terbaik,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan apa-apa yang ada di
bumi sebagai perhiasan baginya, supaya kami menguji mereka siapakah yang
terbaik amalnya.” (al Kahfi: 7)
Ayat ini telah mengetuk setiap hati pribadi
muslim untuk mengaktualisasikan etos kerja dalam bentuk mengerjakan sesuatu
dengan kualitas yang tinggi. Mereka sadar bahwa Allah menguji dirinya untuk
menjadi manusia yang memiliki amal atau perbuatan yang baik, bahkan mereka pun
sadar bahwa persyaratan untuk berjumpa dengan Allah hanyalah dengan berbuat
amal-amal yang prestatif. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan bekerja adalah
upaya untuk mengisi kualitas hidup Islami, yaitu lingkungan kehidupan yang
dilahirkan dari semangat tauhid, yang dijabarkan dalam bentuk amal prestatif
(amal shaleh).
3.
Falsafah gerak
Bekerja bagi umat Islam
disamping dilandasi oleh oleh tujuan-tujuan yang bersifat duniawi, juga sebagai
wujud beribadah. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan hasil yang
memungkinkannya bisa makan, berpakaian, tinggal di sebuah rumah, memberi nafkah
keluarga, dan menjalankan bentuk ibadah secara baik. Dari hasil kerja inilah
manusia dapat membayar zakat, bersedekah kepada yang lemah dan berinfak untuk
kepentingan pembangunan umat Islam secara keseluruhan. Menurut Islam, seorang
muslim yang bekerja hendak semata-mata diniatkan untuk beribadah kepada Allah,
sebagaimana sabda Nabi:
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
أبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْبِ الخَطَا بِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ٳِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَٳِ نَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى فَمَنْ
كَانَتْ هِجْرَ تُهُ ٳِلَ اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ ٳِلَ اللهِ وَرَسُولِهِ
وَمَنْ كَا نَتْ هِجْرَتُهُ لِدُ نْيَا يُصَيْبُهَا أَوْ اَمْرَأَةٍ يَنْكَحُهَا
فَهِجْرَ تُهُ ٳِلَى مَا هَاجَرَ ٳِ لَيْه (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
“Dari Amir al-Mukminin Abu Hafsh ‘Umar ibn al-Kaththab r.a
katanya, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan
itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada
apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasulullah,
maka hijrahnya itu diterima oleh Allah dan Rasullah. Dan barangsiapa hijrahnya
karena keuntungan dunia yang ingin diperolehnya atau perempuan yang hendak
dinikahinya, maka hijrahnya aitu terhenti pada apa yang ia niatkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Bekerja adalah segala
aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
(jasmani dan rohani), dan didalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya
dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti
pengabdiannya kepada Allah SWT. Hidup adalah gerak dan gerak itulah yang
menunjukkan tanda kebermaknaan dalam hidup.
Umat Islam bukanlah umat
yang terpenjara oleh ibadah ritual, melainkan sangat terobsesi untuk
mewujudkannya dalam bentuk gerak yang memberikan rahmat bagi sekitarnya. Umat Islam
harus keluar dari penjara kemandekan (statis) karena sifat yang statis dan
kehilangan ruh untuk berkreasi (ijtihad dalam bidang amaliyah) merupakan
tanda-tanda kematian.
Demikianlah sikap yang paling agresif dalam etos kerja
muslim adalah sikap mental yang dinamis, bergerak. Dengan etos kerjanya itu,
mereka selalu siap untuk melontarkan sebuah jawaban, “Inilah pekerjaan dan
prestasiku. Semoga apa yang ku perbuat memberikan nilai sebagai rahmatan lil
‘alamin dan semoga Allah mencatatnya sebagai amal shaleh.” Penghargaan Islam
atas hasil karya dan upaya manusia untuk bekerja ditempatkan pada dimensi yang
setara setelah iman, bahkan bekerja dapat menjadikan jaminan diampuninya
dosa-dosa manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah, ”Barangsiapa yang di waktu
sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, bekerja dengan tangannya sendiri,
maka di waktu sore itupulalah ia terampuni dosanya.” (HR Thabrani dan
Baihaqi)1
B.
Kewirausahaan
Kata wirausaha (enterpreneur)
berasal dari kata wira yang berarti teladan atau contoh dan usaha yang bermakna
kemauan keras memperoleh manfaat. Jadi, wirausahawan berarti seorang yang
berkemauan keras dalam melakukan tindakan dan perbuatan yang bermanfaat
sehingga layak dijadikan teladan.Kewirausahaan adalah
proses manusia untuk berinovasi dan berkreativitas dalam memahami peluang,
mengorganisasi sumber – sumber, mengelola dan menjadikannya sebagai sebuah
usaha yang mengahasilkan keuntungan atau nilai untuk jangka waktu yang lama.2
Sedangkan kewirausahaan
bermakna sebagai proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu
dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan
serta kebebasan pribadi. Jeffery A. Timmons mendefinisikan kewirausahaan
sebagai tindakan kreatif manusia membangun sesuatu yang bernilai dari tiada
suatu apapun. Kewirausahaan dipandang sebagai kemampuan dalam memburu
kesempatan tanpa menghiraukan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, kemampuan
dan keberanian dalam mengambil risiko, dan keahlian untuk memimpin orang lain
kearah wawasan yang telah ditentukan.
Seorang wirausahawan
mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir dan batin,
mempunyai sifat mental dan jiwa yang selalu aktif untuk mengejar peluang, serta
mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability
to create the new and different). Entrepeneur dapat lahir kapan saja
dan dimana saja, menurut Peter F. Drucker ada tujuh kemungkinan dapat
melahirkan wirausaha baik dalam bisnis maupun di dalam lembaga-lembaga publik,
antara lain:
- Hal yang tidak terduga (the unexpected),
- Ketidaksesuaian dalam kenyataan,
- Invensi berdasar kebutuhan,
- Perubahan dalam struktur industri,
- Perubahan dalam demokrasi,
- Perubahan persepsi dan arti, dan
- Ilmu pengetahuan baru.3
Hadits – Hadits
Tentang Bekerja Keras / Berwirausaha
Rasulullah SAW menganjurkan agar
seseorang bekerja dan berwirausaha agar dapat hidup mandiri, tanpa bergantung
pada pemberian orang lain. Orang yang meminta-minta tidak hanya akan sengsara
di dunia tetapi ketika hari kiamat kelak diwajahnya tidak ada sekerat dagingpun
sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْن أَبِيْ جَعْفَرٍ قَالَ سَمِعْتُ حَمْزَةَ
بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَاللهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : مَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَسْأَ لُ النَّاسَ حَتَّى يَأْ تِيَ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ لَيْسَ فِي
وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ (روه البخري)
Artinya:”Dari ‘Abd
Allah ibnAbi Ja’far katanya: Aku mendengar Hamzah ibn ‘Abd Allah ibn ‘Umar
berkata: Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah seseorang senantiasa meminta-minta
kepada orang lain hingga pada hari kiamat datang tanpa sekerat dagingpun
diwajahnya.” (HR. Al-Bukhari).
Rasulullah
menganjurkan etos kerja yang tinggi, sebagai wujud dedikasi manusia dalam
menjalani kehidupannya. Kata etos sendiri memiliki makna sikap, kepribadian,
watak dan juga karakter. Etos terbentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh,
budaya serta sistem nilai yang diyakini. Para sahabat Nabi merupakan
orang-orang yang bekerja untuk diri mereka sendiri dan mereka mempunyai etos
kerja yang tinggi, sebagaimana telah dijelaskan oleh hadis dibawah ini:
عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قَالَتْ عَا ئِشَةُ
رَضِيَ اللهُ عَنْهَا كَانَ أَصْحَا بُ رَسُلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَمَ عُمَّا لَ أَنْفُسِهِمْ وَكَانَ يَكُونُ لَهُمْ أَرْوَاحٌ........ (زواه
الْبُخَاري)
Artinya:”Dari
‘Urwah, katanya: ‘Aisyah r.a. berkata,”para sahabat Rasulullah SAW adalah
pekerja untuk diri mereka sendiri dan mereka mempunyai etos kerja...” (HR.
Al-Bukhari).
Rasulullah menganjurkan agar umatnya rajin bekerja dan berwirausaha
karena cara demikian adalah yang terbaik bagi diri mereka, bahkan Nabi Dawud
a.s., bekerja dan memenusi kebutuhan hidupnya dari pekerjaan atau hasil buah
tanganya, sebagaimana dalam hadis:
عَنِ الْمِقْدَامِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ : مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَا مًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ
أَنْ يَاْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَٳِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
كَانَ يَأْ كُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
(رَوَاهُ الْبُخَا رِيُ)
Artinya: “Dari
Miqdam r.a. dari Rasulullah SAW ia bersabda “Tidaklah seseorang makan-makanan
yang lebih baik daripada makan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya Nabi
Dawud a.s. makan dari hasil buah tangan (pekerjaan)-nya sendiri.” (HR.
Al-Bukhari).
Menurut Islam, seorang muslim yang bekerja hendak semata-mata
diniatkan untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana sabda Nabi:
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْبِ الخَطَا بِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ : ٳِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
وَٳِ نَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَ تُهُ ٳِلَ
اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ ٳِلَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَا نَتْ هِجْرَتُهُ
لِدُ نْيَا يُصَيْبُهَا أَوْ اَمْرَأَةٍ يَنْكَحُهَا فَهِجْرَ تُهُ ٳِلَى مَا
هَاجَرَ ٳِ لَيْه (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
“Dari Amir al-Mukminin Abu Hafsh ‘Umar ibn al-Kaththab r.a
katanya, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan
itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada
apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasulullah,
maka hijrahnya itu diterima oleh Allah dan Rasullah. Dan barangsiapa hijrahnya
karena keuntungan dunia yang ingin diperolehnya atau perempuan yang hendak
dinikahinya, maka hijrahnya aitu terhenti pada apa yang ia niatkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
- Karakteristik Wirausaha dan Tujuannya
Karakteristik wirausahawan yang perlu dimiliki
dan dikembangkan, antara lain sebagai berikut :
1.
Berwatak luhur.
2.
Kerja keras dan disiplin.
3.
Mandiri dan realistis.
4.
Prestatif dan komitmen tinggi.
5.
Berpikir positif dab bertanggung jawab.
6.
Dapat mengendalikan emosi.
7.
Tidak ingkar janji, menepati janji dan waktu.
8.
Belajar dari pengalaman.
9.
Memperhitungkan risiko.
10. Merasakan kebutuhan orang
lain.
11. Bekerja sama dengan orang
lain.
12. Menghasilkan sesuatu
untuk orang lain.
13. Memberi semangat orang
lain.
14. Memberi jalan keluar bagi
setiap permasalahan.
15. Merencanakan sesuatu
sebelum bertindak.
Sedangkan, menurut By
Grave, karakteristik wirausahawan meliputi 10 D yaitu :
1. Dream, seorang wirausaha harus mempunyai tujuan atau
visi untuk mewujudkan impian pribadinya maupun impian untuk usahanya. Bagi
seorang wirausaha muslim impian disini sepatutnya bukan hanya mengarah pada
keberhasilan dunia semata namun juga harus mengarah pada kehidupan kelak di
akhirat.
2. Decisiveness, kecepatan dan ketepatan
mengambil keputusan adalah faktor kunci dalam kesuksesan bisnis. Seorang
wirausaha harus pintar membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan.
Bagi seorang wirausaha muslim untuk mengambil keputusan harus didasarkan pada
syariat – syariat yang berlaku, bukan hanya pengambilan keputusan yang sifatnya
cepat tapi tidak didasarkan pada syariat – syariat yang berlaku.
3. Doers, yaitu seorang wirausaha dalam membuat keputusan
akan langsung menindaklanjuti dan tidak menunda – nunda kesempatan yang baik
dalam usahanya.
4. Determination, seorang wirausaha harus
bersungguh – sungguh dalam melaksanakan usahanya. Memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi dan tidak menyerah walau dihadapkan pada halangan dan rintangan
yang sulit.
5. Dedication, seorang wirausaha
memiliki dedikasi yang tinggi yaitu dengan memusatkan perhatian dan kegiatannya
untuk kelancaran usahanya. Memusatkan perhatian dan kegiatan disini bukan
berarti menggunakan seluruh waktunya untuk kelancaran usaha dan meninggalkan
kewajiban sebagai seorang muslim.
6. Devotion, yaitu mencintai usaha
dan produk yang dihasilkan.
7. Details, seorang wirausaha harus memperhatikan segala
faktor yang mempengaruhi usahnya. Dengan tidak meninggalkan faktor – faktor
kecil yang menghambat kelancaran usahanya.
8. Destiny, bertangung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapainya, bebas dan tidak mau bergantung pada oran lain.
9. Dollars, seorang wirausaha tidak mengutamakan kekayaan
atau uang sebagai tujuan atau motivasinya dalam berusaha.
10. Distribute, bersedia bekerja sama
dan memercayai seseorang untuk diajak membangun usaha dan mencapai tujuan di
bidan yang sama.4
Tujuan Kewirausahaan
yaitu :
1.
Meningkatkan jumlah wirausaha yan berkualitas.
2.
Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para
wirausaha untuk mengahasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
3.
Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan kewirausahaan dikalangan masyarakat yang mampu, andal dan unggulan.
4.
Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi
kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhada masyarakat.5
EndNote
[1] Toto Tasmara, Membudayakan
Etos Kerja Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 15-34.
[2] Basrowi, Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2011), hal. 57
[3]Idri, Hadis Ekonomi Ekonomi dalam
Perspektif Nabi (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), hal. 290-292.
[4] Basrowi, Kewirausahaan Untuk
Perguruan Tinggi, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), hal. 10 – 11
[5]
Basrowi, Kewirausahaan Untuk Perguruan
Tinggi, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), hal. 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar